Cerpen "Tak Ku Sangka" 6 Orang

Tema: Friendship
Tokoh:
·         Veren               : Baik, penyayang, friendly.
·         Lhory               : Baik, mengambil keputusan dengan cepat, pencemburu, sensitif.
·         Alice                : Kasar, sok, sombong, kadang baik.
·         Yuan                : Baik, suka menolong, ramah.
·         Daniel              : Baik, penyayang.
Alur                   : Maju
Tak Ku Sangka
            Bahasa persahabatan bukanlah kata-kata, melainkan makna. Begitulah terucap dibibirku. Dia yang memiliki seribu teman tak memiliki seorang teman untuk waktu luang, dan dia yang memiliki satu orang musuh akan bertemu dengannya dimanapun. Apa itu sahabat? Sebuah jiwa yang menghuni dua tubuh. Persahabatan adalah sebuah pohon yang meneduhkan. Perasaanku membuktikannya. Aku tidak membutuhkan seorang teman yang berubah ketika aku berubah dan mengangguk ketika aku mengangguk; bayanganku bisa melakukan hal tersebut dengan lebih baik. Jika uang bisa membuatku melupakan sahabat terbaikku maka aku lebih memilih untuk tidak punya uang sama sekali.
            Lhory, mungkin kalian bisa menebak siapa dia. Lhory adalah teman sekelasku di kelas 10 Mipa, SMA. Aku dan dia tidaklah lama kenal tetapi hal itu tidak membuatku ragu untuk berteman dengannya. Kalian pasti tidak percaya bahwasannya pada awalnya aku dan Lhory adalah musuh. Itu berawal pada saat kelas 10.
            Suatu hari kami belajar kelompok Kimia, maka dibentuklah beberapa kelompok. Setelah itu kami harus mendiskusikan tugas yang diberikan lalu mempresentasikannya. Tibalah waktu presentasi kelompok kami dan aku sebagai moderator. Saat membacakan hasil diskusi, terdengar suara yang mengatakan “gabagus, turun, turun. Sok sok kali huuu” Sontak aku langsung mengalihkan pandanganku dan kulihat orang yang mengatakan hal itu. Terucap dihatiku “kenapalah ni orang, aku buat salah sama dia aja gaada, kok gitu pulak dia samaku awaslah tu orang.” Kataku dalam hati. Begitulah selama persentasi kelompok berlangsung terdengar teriakan cemooh dia kepadaku dan kadang-kadang aku meresponnya dengan kalimat “Kau tu kenapa ha?” terdiam sejenak dan muncul kembali hingga berakhir.
            Dibelajar kelompok selanjutnya tak kukira ternyata dia dan aku satu kelompok. Mau dikatakan apa lagi, mau tak mau yaa begitulah, pikirku. Terdengar suara “Kek mana caranya ni Ver?” Dia bertanya kepadaku, ya kepadaku. Sontak aku terkejut “ni orang ada baling-balingnya kurasa” benakku. Hal positifnya mungkin dengan ini kami bisa menjalin kekerjasamaan dan tidak musuh lagi. Akupun menjawab pertanyaannya dengan sangat tegas. Lama-kelamaan dia sering bertanya-tanya kepadaku. Tidaklah hanya pelajaran tetapi juga hal pribadi terkadang, misalnya seperti, “kau tinggal dimana? Kau dari SMP mana dulu? Gereja dimana?” Dan terkadang malah dia yang memberikan pernyataan tentang dirinya sendiri.
            Seiring berjalannya waktu tak kusangka kami menjadi dekat. Terkadang dia sering sharing denganku dan saling bantu-membantu membuat tugas dan lain-lain. Terjalinlah persahabatan diantara aku dan Lhory. Ternyata dia orangnya pintar, asik, happy virus, tampan lagi.
            Suatu hari dia sharing denganku mengenai teman yang ditaksirnya dikelas yaitu Alice. Aku slow respon soal ini karena aku tahu Alice ini orangnya gimana. Cantik memang cuman yaa sayang mulutnya kurang bisa dijaga alias jabir dan agak “ongok”(ongok=bongak) sih (ampun jahat banget aku) ya begitulah kurang lebih.
“Veren, Alice itu gimana orangnya menurutmu?” kata Lhory
“hm,m,mm... jangan tanya samakulah aku kurang pandai mendeskripsikan orang.” Kataku
“Satu dua kata aja masa gabisa? Kalian kan dekat dulu teman SMP malah”
“Menurutku dia cantiklah, kenapa emangnya? Suka kau sama dia?”
“Mm, hampir.”
“Apalaaah... seriuslah?”
“Makanya kutanya samamu tentang dia kek mana orangnya biar tak salah lagi aku kan.”
“Gak salah apa?”
“Gak salah lagi pilihanku lah, langsunglah.”
“O,o,o, pande kau yaa”
“Kita bukan anak kecil lagi kan Ver.”
“Yang bilang kita anak kecil siapa?”
“Kau!”
“Dimana cobak letak kata-kata anak kecilnya?”
“Tersirat, harus diprediksi’”
“Ehee, hebii!”(Hebi: ejekanku untuk Lhory)
“Cepatlah Ver, bisakan?”
“Bisakan apa?”
“Is ga ngerti!”
“Apasi? Ah, kau kenapa?”
“Ah, okelah gini ya yang namanya teman, fine.”
“Ehee, merajuklah kau.”
“Cepatlah Ver...”
“Iya,iya aman lah tu heang.”
“Hahaha, YES!!!”
            Mungkin aku harus melakukannya demi dia, ya demi dia. Dia senang aku pun senang (Yaah, mulai filosofinya). Aku pun mulai mendekati Alice.
“Hai Alice, kalian sedang apa?” Kataku (terlihat Alice ngumpul dengan temannya)
“Heii Veren, sinilah!”
“Kenapa Alice?”
“Liat tuu, disana...” (Menunjuk kearah lapangan)
“Apa tu?”
“Itu lo masak ganampak”
“Yang mana?”
“Itu haa yaampun masak ganampak sii tu,tu yang nendang bola”
“Ooh, kenapa emangnya dia?”
“aaaa, yaampun masak gapeka si Verr yaampun dia ganteng kali loo aaa”
“Aihh, ckckck memanglah”
“Oh iya kenapa Verr ada mau ngomong sesuatu samaku?”
“Ohh, gaada sii Lics”
“Ohh yaampun oh my God betapa tampannya dia”
            Akupun lekas langsung ketempat Lhory.
 “Ryy, oh ya gausah lah lagi kau sama Alice tu Ry.”
(diam tidak ada respon)
“Kuliat Alice tu suka sama orang lainnya Ry”
“Apalah kau  ni, kau gasuka liat aku sama dia kan? Kok gitu si kau Verr yaudalah aku bisa sendiri kok.” (Pergi meninggalkan)
“Ryy, kau kenapa? Kok jadi aku yang salah sii? Aku tu mau yang terbaik lo buat mu. Ryyyy???”
            Langkah kakinya semakin lama makin menjauh dan aku pun masih tidak mengerti apa yang terjadi padanya. Apa sebenarnya yang salah denganku? Pikirku. :Ah sudahlah mungkin dia butuh istirahat.” Pikirku.
            Keesokan harinya saat disekolah sudah kulihat saja Lhory dengan Alice berbarengan seolah sudah... Pertanyaan muncul di pikiranku, apakah...? Ssshh jangan! Mulai kuhampiri Lhory dan bertanya kepadanya.
“Hai Ryy, kantin yok”
“Aku kantin sama Alice, luan yaa”
“Chh”
            Mulai kejanggalan diantara aku dan Lhory. Aku mulai bingung, apa yang terjadi padanya. Keesokan harinya seperti biasa dia kekantin bersama Alice dan bukan Aku. Seminggu berlalu seperti itu. Mulai keresahan dihatiku. Mulai ku memberanikan diri untuk bertanya.
“Lhory, kau kenapa samaku? Apa salahku samamu?”
(Pergi tak ada respon)
“Lhory, kalau aku ada salah tu bilanglah biar aku tau dimana kesalahan ku. Janganlah kek gini tentulah aku gak ngerti kan. Janganlah kek anak kecil, apa salahnya kau ngomong samaku sebenarnya kau tu kenapa biar jelas semuanya.” (Kataku sambil berteriak, menetes air mataku).
            Tanpa bertanya apa-apa kuhampiri Alice yang sedang tertawa-tawa dengan the geng nya.
“Alice, kau apakan si Lhory haa? Kok kek gitu dia samaku semenjak kau dekat dia? Emanglah kau ni.” (Kataku tanpa berpikir panjang sedikit agak membentak Alice, terlihat kebodohanku memarahinya).
“Kau kenapa ha? Lupa kandang kau? Kok marah gitu kau samaku, kok sengak gitu kuliat mulutmu nyalah-nyalahin orang yaa, emang kuapain si Lhory mu itu haa? Kau tanya sama dia sendiri dia kenapa samamu? Ini enggak kau tanya pula samaku. Ahahaha... Dasar gila. Ahahaha....” (Terlihat tawaannya dan teman-temannya kepadaku dan pergi meninggalkanku).
            Banyak pertanyaan dikepalaku. Andai aku mengetahui apa yang sebenarnya terjadi agar aku dapat mengubah semuanya. Oh Tuhan bantu aku. Aku yang semakin lama semakin menyukai Lhory jatuh pada hatinya dan ini yang kudapat semakin dia menjahuiku. Mengapa aku dituhkan pada hati yang salah ya Tuhan pikirku. Hapuslah semua rasa cinta ini.
            Ternyata Yuan, kusebut dia orang ketiga dibalik cerita ini, mengetahui masalah diantara kami ini. Yuan menceritakan semuanya kepadaku tentang Lhory dan Alice. Diam-diam dia ternyata mengintip semua hal dibalik kejadian  ini. Seminggu sebelum kejadian, Daniel, teman sekelasku yang pada waktu itu datang dan berbincang denganku. Pada saat perbincangan kami terdengar canda tawa kami yang begitu asiknya. Ditengah canda tawa kami, Daniel memegang helaian rambutku, entah kenapa. Dia mengatakan ada kertas yang menempel dirambutku. Pada saat itu Daniel tengah menuju ketempat dimana kuberada. Yuan mengatakan Daniel melihat Aku dan Daniel lalu pergi berbalik arah. Yuan bilang itulah awalnya mengapa Lhory menjahuiku kemungkinan Lhory berpikir aku memiliki rasa kepada Daniel dan tidak kuketahui ternyata Lhory memendam rasanya terhadapku.
            Lalu mengapa Lhory memilih Alice dan mejahuiku begitu saja? Pikirku.
“ Kau memang sudah tidak mengerti tentang perasaan Ver, kuharap kau harus memahaminya lagi lebih dalam. Saat seseorang dalam keadaan terpuruk maka ia akan melakukan tindakan yang bodoh dan konyol untuk membuat dirimu sadar akan apa yang ia rasakan dan bisa menghilangkan rasa yang membuatnya bisa menjadi seperti ini”. Kata Yuan.
(Menetes air mata) “ Ini semua salah paham, aku harus menjelaskannya kepada Lhory bahwasannya Aku dan Daniel itu tidak ada hubungan apa-apa” Kataku bergegas.
            Setibanya dirumah Lhory terdengar tangisan. Tangisan? Tangisan ada apa ini? Pikirku. Sontak aku langsung masuk ditengah keramaian. Kulihat seseorang terbaring di lantai ditutupi kain kafan. Jangan-jangan... Pikiranku mulai kacau.
“Lhoryy... Lhoryy... hiks hiks” Terdengar suara orang tua Lhory yang menangis tersedu sedu.
“Oh Tuhan...” (Jatuh air mata) “ LHORYY.............................” 



END~😀

            

Komentar

Postingan Populer